Lantai rumahnya masih dari semen, bukan
keramik. Di ruang tamu juga hanya ada perabot sederhana, meja bundar
dengan tiga kursi kayu. Namun belakangan, rumah di Desa Tragung,
Kecamatan Kandeman, Batang, Jawa Tengah ini menjadi pusat perhatian.
Warga
sekitar silih berganti ingin bertamu. Rumah yang didominasi cat kuning
dan hijau itu dihuni seorang ibu beserta anak lelakinya, Ismoyowati (50)
dan Dzulfikar (24). Suami Ismoyowati atau ayah Dzulfikar sudah lama
meninggal dunia. Sedangkan adik Dzulfikar, mengadu nasib di Tegal. Rumah
tersebut merupakan peninggalan nenek Dzulfikar yang meninggal setahun
lalu.
Nah rumah itu, sejak Rabu
(19/4) sudah menjadi pembicaraan menyusul datangnya tamu istimewa
bernama Illaria Monte Bianco (21), gadis cantik dari Bari, Italia. Dia
datang jauh-jauh dari Negeri Piza ke Tragung, hanya untuk menemui pujaan
hatinya, Dzulfikar. Illaria dan Dzulfikar 'ketemu'di Facebook. "Mungkin
ini kuasa Tuhan," kata Dzulfikar kepada Radar Pekalongan.
Fikar,
panggilannya, pun menerangkan proses kedatangan Illaria sampai ke
rumahnya. Illaria tiba seorang diri di Bandara Soekarno Hatta, Selasa
(18/4) sore. Dia menggunakan jasa travel dan tiba di Tragung sekitar
pukul 02.30 WIB, Rabu (19/4).
Ceritanya,
Illaria sempat hampir menyerah saat memasuki kawasan Kandeman.
Pasalnya, sopir travel juga kesulitan mencari alamat kediaman Fikar.
"Untungnya ada orang sini yang ingin berangkat kerja. Berkat bantuan
dia, Illaria bisa sampai ke rumah. Saya sendiri tidak bisa berkata
apa-apa. Saya merasa seperti seluruh isi bumi menimpa saya. Apalagi
melihat perjuangan dia ke sini, dia tahu kondisi saya, bahkan dia tahu
saya tidak bisa menjemput," kata Fikar.
Anak
sulung dua bersaudara itu lalu bercerita soal perkenalan mereka. "Saya
yang nge-add dia duluan. Kemudian saya chat dia untuk menawarinya datang
ke Batang. Awalnya dia juga tidak yakin sama saya. Setelah dua tahun
berkomunikasi mulai tumbuh rasa kekeluargaan, rasa sayang. Ya awalnya
seperti adik kakak," kenang Fikar.
Fikar
dan Illaria berkomunikasi dengan Bahasa Inggris. Meski hanya memegang
ijazah Paket C, Fikar mengaku cukup banyak memiliki perbendaharaan kata
Inggris. "Kami sering berbagi kegiatan melalui Whatsapp, terutama foto
makanan yang kami makan sehari-hari. Selama ini kami tidak pernah
miskomunikasi. Tidak ada kendala. Saya dari kecil suka Bahasa Inggris,
bapak dulu sering belikan VCD Tom and Jerry. Kalau di akhir cerita ada
credit-nya, saya belajar dari sana. Kemudian sering nonton film barat.
Akhirnya terbiasa," tutur Fikar.
Pemuda
yang pernah menjadi sekuriti ini menjelaskan, Illaria sendiri lahir di
Bari November 1995. Setelah tamat sekolah setingkat SMA, Illaria sempat
bekerja di berbagai bidang seperti customer service, instruktur renang
anak dan perawat.
"Dia bukan kerja di restoran. Dia
menabung selama dua tahun untuk pergi ke sini, dia bekerja sebagai
instruktur renang dan menjadi perawat di rumah sakit. Kami berdiskusi,
siapa yang akan berkunjung. Setelah dihitung-hitung, akhirnya Illaria
yang ke sini," ujar Fikar.
Sayang,
saat kedatangan Radar Pekalongan ke rumah Fikar, Illaria sedang
beristirahat, kecapekan setelah ikut merayakan Hari Kartini di SDN
Tragung 01, di depan rumah Fikar.{Rjpkr88newsflash}

Komentar
Posting Komentar