
Sejak awal menulis di seword.com saat heboh aksi 411 tahun lalu, saya selalu berjuang untuk yang terbaik bagi Jakarta. Bagi saya, Ahok adalah yang terbaik. Ia adalah alasan saya untuk terus terlibat dalam argumen-argumen politik yang sebelumnya saya cukup alergi mendekatinya.
Saya tahu, malam kemarin adalah batas
akhir tulisan saya tentang Ahok dalam babak Pilkada DKI. Saya pun
akhirnya tahu, bahwa sosok yang saya perjuangkan itu akhirnya kalah.
Ahok dengan lapang dada menerima kekalahan meski disuguhi dengan air
mata dari para pendukungnya. Lalu, apa alasan saya untuk tidak menerikam
kekalahan ini?
Kita mulai babak baru. Babak ini bukan
lagi soal mempertahankan Ahok dari gempuran fitnah dan tudingan-tudingan
lawan. Babak baru ini akan lebih mengetengahkan soal sang pemenang.
Kita akan mengawal janji-janji sang pemenang. Sebab janji adalah hutang.
Dan hutang, dalam Islam, hukumnya wajib dibayar.
Kali ini saya mau mulai dengan Bang
Sandiaga Uno, pengusaha muda yang sukses di dunia usaha juga pilkada.
sudah ratusan miliar digelontorkannya untuk merebut kursi DKI 2. Tentu
setelah berdarah-darah bertempur dengan segala sumber daya, baik harta,
jiwa dan raga.
Belum lama didaulat menang oleh
“perhitungan cepat”, Sandiaga Uno telah mengafirmasi bahwa proyek
reklamasi akan dilanjutkan. Meski tidak secara gamblang, pernyataan
Sandi di TV One malam ini bersama seorang tokoh nelayan di Muara Angke,
telah membuktikan bahwa komitmen Anies-Sandi untuk menghentikan
reklamasi adalah “manis di bibir-memutar kata”.
Sandi mengatakan, “Kota lain di dunia
ada reklamasi. Entah itu di Hongkong, di Singapur. Tapi harus siapa
dulu, lahan ini dibangun untuk apa dan untuk siapa. Nah setelah itu kita
perhatikan. Setelah kita berkoordinasi dengan pemerintah pusat tentunya
kita harus pastikan bahwa warga kota Jakarta adalah yang menjadi
penikmat dari program-program yang tentunya harus berpihak para rakyat
kecil.”
Sandi tidak lagi mengatakan “stop
reklamasi”. Tapi reklamasi bisa dilanjutkan dengan melihat negara-negara
tetangga seperti Hongkong dan Singapur. Yang penting, kata Sandi,
dibangun untuk apa dan untuk siapa.
Tidak ada lagi kata-kata “hentikan
reklamasi” atau “stop reklamasi” sekarang. Mengapa? Ya tentu ada
perhitungan politik yang menjadi beban moral mereka. Saya tidak mau
berspekulasi dulu dengan mengait-ngaitkan semua ini dengan keluarga
Cendana. Karena memang pengaruh mereka cukup besar soal reklamasi.
Tapi poinnya adalah komitmen Anies-Sandi
terkait reklamasi seperti terhempas angin yang tak tentu arah. Kemana
arah angin berhembus, Anies-Sandi akan mengarah kesana.
Lalu, seorang nelayan yang berada di studio TV One menjelaskan dengan nada medhoknya, “Jadi
kalau reklamasi dilanjut di teluk Jakarta, itu kan, akan direncanakan
reklamasi 17 pulau. Kalau reklamasi dilanjutkan berarti teluk Jakarta
habis sama reklamasi semua. Dengan sendirinya nelayan akan terusir
walaupun tidak diusir ya. Ia dengan sendirinya akan pergi.”
Moderator bertanya, “Walaupun disiapkan konsep-konsep tentang kampung nelayan, rumah sakit, rumah susun?”
Nelayan tadi menjelaskan lagi, “Itu
tidak akan bisa mencakup kesejahteraan nelayan. Karena nelayan sejahtera
itu karena tanah lautnya subur, lautnya ada, tidak dirampok pulau
reklamasi. Itu akan mensejahterakan nelayan. Tapi konsep-konsep kayak
rumah, mata pencahariannya gak ada ya sama aja.”
Dari awal Sandi menjelaskan soal
reklamasi, mimik wajahnya seperti mengungkapkan ketidakyakinan dia untuk
menjelaskan soal reklamasi. Ia seperti mencari-cari kata dan kalimat
yang bisa merangkul semua. Ia seperti takut melihat ke layar. Sepertinya
ia tak mau kalau pernyataannya ini malah menghancurkan harapan dari
jargon yang memenangkannya malam ini.
Tapi di sisi lain. Sandi juga merasa
mustahil untuk menghentikan reklamasi. Bagaimana dengan teman-teman
pengusahanya? Bagaimana dengan keluarga Cendana yang telah mendukungnya?
Bagaimana dengan dasar hukum reklamasi?
Semua itu mengganggunya. Pada akhirnya, ia
tak mampu merangkul setiap orang. Pada akhirnya, ia harus mengorbankan
pihak tertentu. Meski pihak tersebut yang memberikan kontribusi paling
besar untuk kemenangannya.
Itu baru soal reklamasi. Masih banyak janji-janji Anies-Sandi yang harus dikawal. Tapi masih lama kok. Santai aja yah. hehehe..
{Rjpkr88newsflash}


Komentar
Posting Komentar