
Sebelum diblokir internet positif, situs habibrizieq.com pernah melakukan polling untuk menentukan siapakah calon Gubernur Syariah yang akan diangkat untuk Pilkada DKI. Melalui Majelis Tinggi Jakarta Bersyariah (embrio GNPF), ada 5 Kandidat yang diajukan untuk dicalonkan melaui polling. Nama yang dicalonkan adalah: Yusril Ihza Mahendra, Sjafrie Sja
Syahwat politik
gerombolan radikal ini memang sangat besar untuk menggarong Jakarta,
pemasangan nama yang diusulkan juga sudah melalui hitungan politik yang
menurut mereka “matang”. Polling dilakukan melalui SMS dan WA, sudah
disiapkan Nomor HP untuk menjaring siapakah yang patut didukung Majelis
Tinggi Jakarta Bersyariah. tentu saja langkah ini memakai modus lama,
jualan Agama Islam.
Jakarta adalah
lapangan kerja yang cukup banyak menghidupi gerombolan preman berdaster
ini, dan Ahok adalah ancaman terbesar mereka. Praktek premanisme Jakarta
turun drastis sejak Ahok menjadi Gubernur meneruskan Jokowi. Tempat
kumuh, prostitusi dan preman pasar terkikis tajam dibawah Ahok, yang
paling meradang tentu saja FPI yang sehari-harinya jadi preman
ditempat-tempat tersebut. Kering periuk nasinya
Hasil polling
tidak terdeteksi karena website diblokir, tapi Gerilyawan mendapatkan
informasi dari dalam bahwa 5 calon gubernur tersebut memang dipersiapkan
dengan “titipan” kue jika nanti berhasil memenangkan Pilkada DKI. Curut
Khilafah menyusup di partai pendukung asal bukan ahok untuk menggolkan
salah satu dari 5 calon tersebut agar masuk menjadi cawagub DKI Jakarta.
Syarat pengajuan Cagub/Cawagub adalah minimal diajukan oleh 20% kursi
DPRD.
Aktual saat ini
dari 5 nama yang diajukan oleh Majelis Tinggi Jakarta Bersyariah yang
masih eksis Sandiaga Uno, dan sangat kentara betapa gerombolan curut itu
mendukung dengan berbagai cara yang ada. Seperti gayung bersambut
ketika mereka satu kapal dengan PKS, yang memang spesialisasinya adalah
menggoreng isu Agama dan menghasut demi kekuasaan.
Saat ini
Jakarta sedang ramai oleh isu SARA yang ditebar melalui spanduk dan
kontrak politik Jakarta Syariah. Anies Sandi yang ambisius tentu saja
menyambut hangat dukungan dari curut Khilafah, yang penting menang
Pilkada, Anies merangkul semua. Bagaikan memelihara binatang liar,
setelah besar mereka akan memakan yang memelihara. Betapa repotnya Anies
Sandi oleh spanduk SARA ini, bahkan info terakhir Anies Sandi
mengerahkan relawannya melepas spanduk tersebut.
Hal ini justru
membuka topeng Anies Sandi sebenarnya, Paslon yang hanya mengejar suara
tanpa memelihara karakter kebangsaan. Semua diabaikan yang penting bisa
mendapatkan banyak dukungan, kebangsaan terkoyak karena ulah timses
Anies Sandi yang sibuk main isu Agama. Anies sedang menggali kuburnya
sendiri.
Anies adalah Cagub Syariah
Setelah
disepakati koalisi Gerindra dan PKS untuk mengusung Anies sebagai Cagub
dan Sandiaga Cawagub, dukungan Majelis Tinggi Jakarta Bersyariah juga
semakin massive. Dengan membentuk GNPF mereka mendelegitimasi Ahok
Djarot dengan isu “Penistaan Agama”, rival Ahok Djarot jelas sangat
diuntungkan dengan Hal ini. Alih-alih berhasil 1 putaran menang, Ahok
Djarot justru menang dengan pemilih terbanyak.
Hal ini jelas
membuat gusar Anies Sandi dan curut pendukungnya, tidak ada hal lain
kecuali meningkatkan serangan pada Ahok Djarot. Setelah putaran pertama
spanduk Tolak memandikan Jenazah mulai marak, dan pelaku pertamanya
adalah simpatisan PKS dan menjadikan Masjid sebagai mesin Politik.
Jumlahnya ribuan dalam sekejap, diikuti praktek menolak mengurus Jenazah
Kemudian
berlanjut dengan spanduk Jakarta Bersyariah dan kontrak politik Anies
Sandi dan rombongan curut Khilafah, yang susah dibantah saking masifnya
pemasangan spanduk tersebut. Kebencian ditebar sampai sudut-sudut
Jakarta, dan Anies Sandi juga tutup mata bahkan cuci tangan ketika
terungkap pelakunya adalah pendukung mereka sendiri.
Menyadari
sentimen negatif makin naik, Anies Sandi mulai ribut dengan memungkiri
bahwa bukan timses mereka yang memasang Spanduk tersebut. Tapi blunder,
Anies Sandi hanya menegaskan bukan mereka yang memasang tapi tidak ada
klarifikasi atas isi yang ada didalam spanduk tersebut, sama seperti
saat di acara Mata Najwa Anies tidak mampu menjawab pertanyaan Najwa
seputar dukungan FPI pada dia. Jakarta Bersyariah tidak pernah mereka
pungkiri, bahkan Sandiaga Uno justru mengamini hal tersebut “Jangan
Alergi Pada Syariah” tandasnya di satu kampanye.
Usulan Jakarta
Bersyariah pada dokumen FPI bulan Juli 2016 terbukti dengan maraknya
kontrak politik dan spanduk “Jakarta Bersyariah bersama Anies Sandi”
{Rjpkr88newsflash}

Komentar
Posting Komentar