Beberapa hari lagi adalah waktu untuk
menentukan pilihan di Pilkada DKI Jakarta 2017. Ada tiga pasangan calon
yang berkompetisi untuk mendapatkan kedudukan sebagai Gubernur dan Wakil
Gubernur DKI Jakarta. Tiga paslon ini berusaha menyakinkan warga
Jakarta jika mereka adalah yang layak memimpin Jakarta untuk lima tahun
ke depan.
Tulisan ini berisi curhat dirinya yang
memutuskan untuk mendukung Cagub DKI nomor urut 2 Basuki Tjahaja Purnama
(Ahok), dan memutuskan untuk mengucapkan 'selamat tinggal' kepada sang
sahabat, Anies Baswedan. Berikut curhat 'teman' Anies yang diposting ke
blog edwardsuhadi.com.
Sang penulis Edward Suhadi dikenal sebagai pemeran tokoh 'Aming' dalam film berjudul 'Cek Toko Sebelah'.
"Berjabat Tangan Di Persimpangan
Ada calon-calon pemilih yang sudah pasti dengan pilihannya karena alasan-alasan logis maupun emosional.
Ada calon-calon pemilih yang masih bingung mau milih siapa, juga karena alasan-alasan logis maupun emosional.
Buat teman-teman yang melihat saya
sebagai seorang yang aktif dalam politik kerelawanan, terutama ketika
Pemilu 2014, mungkin kecewa melihat saya di Pilkada kali ini berpangku
tangan.
Mereka yang kenal saya tentu tahu
alasannya: karena logika saya tidak pernah ragu untuk memilih Pak Ahok,
namun emosional saya mau memberikan kesempatan ke Mas Anies yang saya
kenal pribadi.
Nenek-nenek aja tau itu.
Saya belajar untuk peduli tentang bangsa, politik dan masyarakat dari Mas Anies.
Dari hari-hari pertama Indonesia
Mengajar, sampai ke Konvensi Demokrat, sampai kemarin memuncak di
pemilihan presiden yang dimenangkan Pak Jokowi.
Saya senang sekali juga ketika Mas
Anies menjadi Menteri di Kabinet Pak Jokowi, karena saya percaya dengan
Pak Jokowi dan apa yang sedang beliau kerjakan buat Indonesia.
Ketika Mas Anies memutuskan untuk maju di pilkada ini, saya langsung tahu bahwa keadaan saya akan sulit dan rumit.
Hanya orang naif yang bilang bahwa
pilihan selalu hanya ada hitam atau putih, karena jika kita mau jujur,
pilihan hidup seringkali abu-abu, apakah itu abu-abu muda, atau abu-abu
tua, atau putih gading, atau hitam biru.
Makanya pilihan status di Facebook ada "It's complicated."
Rumit. Itulah posisi saya dan sebab di masa pilkada ini saya berpangku tangan, seberapapun kaki saya ini ingin berlari.
Nenek-nenek yang lain juga tau itu.
Seperti mendengar berita seorang
teman yang melakukan sesuatu yang di luar perkiraan kita, hal pertama
yang kita lakukan adalah melihat dan mendengar langsung dulu apa yang
dia lakukan dan katakan, walaupun seluruh keberadaan kita berpikir
sebaliknya.
The relationship and history reserve that judgement.
Kamu bukan orang asing, jangan
hakimi dulu. Dengar dan lihat dulu. Selama kampanye ini banyak headline
dan kutipan yang membuat saya mengerenyitkan dahi, dan beberapa hari
terakhir ini sepertinya saya sudah cukup mendengar dan melihat.
Sebuah kampanye memang sudah seharusnya merubah pilihan para calon pemilih. Itu baru namanya kampanye yang benar dan berhasil.
Perubahan pilihan ini tidak selalu mendekatkan, tapi bisa juga sekaligus menjauhkan.
Memang saya bukan siapa-siapa, bukan
Bimbim Slank ataupun Pandji Pragiwaksono, jadi mungkin juga ga ada yang
peduli tentang pilihan politik saya di pilkada ini, tapi saya
menyatakan ini untuk teman-teman dan keluarga, baik pertemanan pribadi
ataupun pertemanan penggiat kerelawanan dan politik.
Di waktu yang tersisa ini, saya akan mendukung Basuki-Djarot dalam kampanyenya memenangkan pilkada ini.
I never even shook hand with either
the man, tapi seperti jutaan orang lainnya, saya melihat rekam jejak,
integritas dan kemampuan melaksanakan birokrasi dan pemerintahan mereka.
Saya juga percaya bahwa Pak Ahok
adalah salah satu putra terbaik bangsa, dan patut masuk dalam jajaran
mereka-mereka yang akan memperbaiki wajah negeri ini. Ijinkan saya ikut
dalam perjuangan Bapak.
Buat teman-teman di tim paslon Anies-Sandi, kali ini kita tidak sejalan.
Pernyataan ini bukan berarti rasa hormat yang selama ini saya punya akan berganti dengan cibiran.
Pernyataan ini bukan berarti rasa hormat yang selama ini saya punya akan berganti dengan cibiran.
I know you guys are also fighting for your cause, for what you believe is right.
I will also try to fight the good fight.
Buat para pendukung dan penggiat Basuki-Djarot terimalah permintaan maaf pahlawan kesiangan yang tidak tahu malu ini.
Banyak hal yang saat ini menjadi
tanggung jawab profesional saya, dan juga banyak hal yang sedang menjadi
prioritas saya di keluarga saya, tapi saya akan mencoba melakukan apa
yang saya bisa.
Jikalau ada yang berkenan bekerja sama, saya dengan sangat senang hati menyambutnya.
Saya belum kenal siapa-siapa nih.
Saya selama ini berada di tengah,
tidak ada di dalam lingkaran paslon 3, dan juga tidak ada dalam
lingkaran paslon 2, sehingga bisa memberikan banyak pandangan jernih
untuk jutaan swing voters seperti saya.
Itu pun, sekali lagi, jika saya yang tidak tahu malu ini masih diberikan kesempatan.
Buat Mas Anies, saya masih ingat segala perjalanan yang kita sudah lalui.
Sungguh setiap hari di masa pilkada ini saya berharap bahwa akhirnya tidak harus seperti ini.
Sungguh setiap hari di masa pilkada ini saya berharap bahwa akhirnya tidak harus seperti ini.
Tapi sebagai orang dewasa kita tahu, dengan keadaan yang berubah, manusia juga berubah.
Mengintip dunia politik beberapa
tahun ini juga membukakan mata saya. Mungkin kita berdua memang berubah,
Mas. I broke your heart as you broke mine.
Saya hanya berharap, jika ternyata
Indonesia yang kita impikan masih Indonesia yang sama, kita masih akan
bertemu di waktu yang akan datang. Segera, nanti, atau entah kapan.
Seorang yang saya kagumi pernah berkata, "Lawan bukan musuh. Bisa tetap berdiskusi, bisa tetap guyub."
Karena dia, saya sangat meyakini hal ini. Saya mencoba menghidupi kata-kata ini. Saya berharap ini yang akan terjadi.
Kita selama ini memang selalu berjalan beriringan.
Tapi sekarang, ijinkan saya
berjabat-tangan dengan Mas Anies di persimpangan ini, mengucapkan doa
supaya Tuhan selalu memberkahi kita, dan memilih jalan yang berbeda."Kita selama ini memang selalu berjalan beriringan.
Sejumlah netizen mengomentari tulisan ini.
ciedie says: tulisannya kali ini sedikit
mengharu biru. "Wise" rasanya. Beda pendapat tidak harus diikuti
cibiran dan caci maki. Terus menulis ya Ko.
Lia ivo says: Saya senang dg tulisan Edward
Ruth says: Very well said.. Bukan karena
akhirnya memilih pasangan no 2, tp lebih karena cara berpikir dan
penuturan yang elegan dan berkualitas.
{Rjpkr88newsflash}
Komentar
Posting Komentar